Ekspresi kelas

Ekspresi kelas
Belajar Lebih Aktif

Kamis, 26 Desember 2013

Contoh Hasil PTK Bab 1 dari Peserta



Hasil Penulisan PTK Peserta Workshop Peningakatan Karir PTK 2013
MGMP IPS SMP Kabupaten  Malang tahun 2013



Panitia telah menyelesaikan program Workshop Peningkatan Karir PTK 2013. Tentu banyak sekali hal-hal baru yang didapat khususnya yang menyangkut problematika penulisan PTK bagi guru di wilayah Kabupaten Malang.
Beberapa guru masih mengalami kendala teknis berkaitan dengan penulisan PTK, termasuk peilihan kata, pemilihan kalimat sampai pada penentuan penulisan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia. Oleh karenanya diperlukan pendampingan dan verifikasi (editing) agar hasil yang diperoleh bisa maksimum.

Berikut kami cantumkan salah satu karya peserta dari peserta Workshop Peningkatan Karir PTK tahun 2013.


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar  Belakang Masalah
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI No. 20/2003). Tujuan Pendidikan di sekolah harus mampu mendukung kompetensi tamatan sekolah, yaitu pengetahuan, nilai, sikap dan kemampuan untuk meningkatkan dirinya dengan lingkungan alam, sosial, budaya dan kebutuhan daerah.
Salah satu disiplin ilmu yang diajarkan di SMP dan erat kaitannya dengan masalah kehidupan dan lingkungan masyarakat di sekitar siswa adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). “IPS sebagai salah satu mata pelajaran yang memiliki tujuan mengembangkan siswa untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan yang memadai untuk berperan serta dalam kehidupan demokrasi. Pembelajarannya menggunakan cara-cara yang mencerminkan kesadaran pribadi kemasyarakatan, pengalaman budaya dan perkembangan pribadi siswa.
“Kelemahan utama yang dirasakan dalam sistem pendidikan di Indonesia ialah pelaksanaan proses pembelajaran yang kurang mendorong terjadinya pengembangan siswa yang dinamis dan budaya berpikir kritis” (Fadjar, 2005:4). Dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir, proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan pada kemampuan anak untuk menghafal informasi. Tantangan mendasar dalam pembelajaran IPS dewasa ini adalah mencari strategi proses pembelajaran inovatif yang memungkinkan bagi peningkatan mutu pendidikan IPS. Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya, dan peningkatan kualitas manajemen sekolah. Salah satu bukti dari upaya yang telah dilakukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan tampak dengan adanya perubahan orientasi pembelajaran dari belajar yang terpusat pada guru menjadi terpusat pada siswa. Hal ini didukung dengan berubahnya paradigma dari model pembelajaran behavioristik menjadi model pembelajaran konstruktivistik, oleh karena itu penentuan pendekatan dan model pembelajaran yang tepat akan ikut mendukung perubahan orientasi pembelajaran tersebut.
Namun sampai saat ini masih banyak guru yang memiliki pandangan bahwa dalam pembelajaran disekolah, kelas yang baik adalah kelas yang tenang dan tidak berisik. Sehingga menyebabkan banyak guru yang masih menitik beratkan pada model belajar ceramah dalam pembelajaran IPS yaitu metode pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana siswa hanya mendengarkan penjelasan guru, sehingga dengan metode ini guru secara mutlak menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Metode ceramah sebenarnya bukan metode yang buruk jika digunakan dalam proses belajar mengajar, akan tetapi bila metode ceramah dilakukan tanpa memberikan variasi metode yang lain dapat membuat siswa merasa bosan karena hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja dalam kegiatan pembelajaran. Dengan pembelajaran yang bersifat teacher centered ini, seringkali siswa tidak konsentrasi dengan apa yang disampaikan guru. Kecenderungan pembelajaran demikian mengakibatkan lemahnya pengembangan potensi diri siswa dalam pembelajaran.
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. “Dalam proses belajar mengajar keterlibatan siswa harus secara totalitas, artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran, dan psikomotor, sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukkan proses belajar mengajar interaktif “ (Mulyasa, 2006:105). Bila kegiatan pembelajaran dengan metode ceramah dilakukan terus menerus, maka siswa akan merasa jenuh dan bosan dalam pembelajaran di kelas sehingga dapat menurunkan minat belajar siswa. Setiap siswa harus memiliki motivasi atau minat yang besar terhadap mata pelajaran yang mereka ikuti, karena selain dapat memusatkan pikiran, motivasi juga akan menimbulkan kegembiraan dalam belajar sehingga tanpa disuruh siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran.
Saat ini sering muncul adanya pandangan dari banyak siswa tentang pelajaran IPS yang dianggap kurang menarik. Pendapat ini muncul karena pelajaran IPS cenderung menghafal dan memerlukan daya ingat yang cukup kuat, selain itu materi yang harus dipelajari  cukup banyak. Hal ini diperkuat dengan adanya hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Pengamatan  tersebut dilakukan di SMP Negeri 1 Wagir Kab. Malang kelas IXA dengan jumlah 34 siswa, diperoleh hasil bahwa mayoritas siswa kelas IX kurang menyukai pelajaran IPS karena pelajaran IPS cenderung menghafal, kurang menarik dan membosankan. Mereka berpendapat bahwa materi IPS terlalu banyak sehingga sulit untuk dihafalkan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru mata pelajaran IPS kelas IX di SMP Negeri 1 Wagir Kab.Malang, menjelaskan bahwa metode pembelajaran yang sering digunakan untuk menyampaikan materi adalah metode ceramah dan penugasan[S1] . Pelaksanaan pembelajaran masih mengandalkan guru sepenuhnya atau masih teacher centered. Guru lebih sering menggunakan ceramah dalam kegiatan belajarnya. Guru juga pernah menggunakan metode diskusi kelompok. Namun masih tidak bisa membuat semua siswa aktif dalam pembelajaran, sedangkan yang lainnya cenderung menjadikan kesempatan diskusi ini untuk mengobrol dengan temannya.
Selain itu, hasil belajar yang diperoleh juga menunjukkan bahwa siswa belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal yaitu hanya mencapai sekitar 62,5% sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal harus mencapai 75% dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal 75% (standar ketuntasan minimal). Hal tersebut disebabkan karena minat belajar siswa terhadap pelajaran IPS sangat rendah.
Dari kondisi yang demikian, perlu adanya strategi belajar mengajar yang menciptakan suasana yang mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu dengan perubahan model pembelajaran yang dianggap efisien dalam menyampaikan suatu pelajaran kepada siswa sehingga tujuan dan hasil pembelajaran dapat tercapai. Menurut Soetomo (dalam Wajahudin, 2009:2), semakin baik penggunaan model mengajar semakin berhasilah pencapaian tujuan. Penggunaan model yang menarik akan menumbuhkan motivasi siswa sehingga mereka dapat terlibat aktif dalam pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar untuk mengatasi masalah tersebut diatas adalah dengan menggunakan model bermain peran (role playing). Menurut Mudjiono dan Dimyati (1992:80) bermain peran adalah permainan pendidikan yang memainkan peranan dari peran-peran yang sudah pasti berdasarkan kejadian terdahulu, yang dimaksudkan untuk menciptakan kembali situasi sejarah/peristiwa masa lalu, menciptakan kemungkinan-kemungkinan masa yang akan datang, menciptakan peristiwa mutakhir yang dapat dipercaya atau mengkhayal situasi pada suatu tempat dan waktu tertentu. Menurut Hidayati (2008:7.37) melalui model bermain peran dapat melibatkan aspek-aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Aspek kognitif meliputi pemecahan masalah, aspek afektif meliputi sikap, membandingkan dan mempertentangkan nilai-nilai, mengembangkan empati atas dasar tokoh yang mereka perankan. Sedangkan aspek psikomotor terlihat ketika siswa memainkan peran di depan kelas.
Model bermain peran (role playing) jika diterapkan dalam pembelajaran PKn memiliki beberapa keunggulan, diantaranya yaitu dapat melatih siswa untuk memahami dan mengingat bahan yang didramakan sehingga daya ingat siswa dapat tahan lama, melatih siswa untuk lebih inisiatif dan kreatif,  agar siswa dapat menghayati suatu kejadian sebenarnya dalam realita hidup serta memahami apa yang menjadi sebab dari sesuatu dan bagaimana akibatnya, dan siswa dapat membentuk konsep secara mandiri. Dengan demikian, melalui model bermain peran diharapkan minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran IPS yang selalu kaku dan menjemukan dapat disegarkan kembali.
Dari hasil penelitian terdahulu yaitu: Desi Kusuma Dewi menyatakan bahwa model pembelajaran role playing dapat meningkatkan keaktivan dan prestasi belajar siswa. Demikian pula dengan Nurma Indah Pangestu yang menyatakan bahwa melalui model role playing, hasil belajar siswa meningkat terhadap mata pelajaran IPS. Dengan demikian penelitian ini telah relefan terbukti dari hasi belajar siswa yang semakin meningkat dari siklus ke siklus serta dapat dilihat dari antusias dan keaktivan siswa dalam bermain peran dan minat belajar siswa terhadap pelajaran IPS yang semakin meningkat.
Berdasarkan uraian di atas dan upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn serta demi tercapainya proses pembelajaran yang lebih baik, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Role Playing Pada Mata Pelajaran IPS Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IX A SMP Negeri 1 Wagir Kab Malang”.


 [S1]Ini penelitinya guru atau fihak luar??? Kalau ini PTK Ibu sebaiknya kalimatnya diganti, Ibu sebagai penelitinya.

Minggu, 01 Desember 2013

Pelaksanaan Blokgrant Peningkatan Karir PTK MGMP IPS Kabupaten Malang



Pelaksanaan Blokgrant Peningkatan Karir PTK MGMP IPS SMP Kabupaten Malang akan segera berakhir.

Berminggu-minggu, hampir dua bulan tidak istirahat di hari MGMP IPS, Rabu. Dengan semangat dan telaten menghadiri kegiatan Workshop Peningkatan Karir PTK 2013 di SMP Negeri Wagir 1 Kabupaten Malang.
Kegiatan ini diikuti oleh 30 peserta dari anggota MGMP IPS Kabupaten Malang, dengan di damping panitia, Pengurus kabupaten dan Wilayah serta Guru Inti IPS.  
Materi pokoknya adalah pembimbingan Pembuatan Laporan  PTK serta aplikasinya dalam penyusunan artikel Jurnalnya. Pemateri dari Guru Inti, Drs. Sinyamin, M.Pd. Dra. Tony Suhartatik, M.Pd. Hari Setiyo Purnomo, S.Pd. M.Pd ditambah nara sumber dari UM, Dr. Hambali, M.Pd. dan Dr. Zainuddin, M.Pd.
Hasil yang dicapai pada minggu ke 8 ini adalah terkirimnya proposal kepada pendamping (guru Inti) untuk pendampingan secara on-line via email. Dari 30 peserta telah terkirim 20 proposal secara bervariatif, ada yang baru bab 1 saja, bab 2 bahkan telah menyelesaikan sampai bab 3 yang sudah  dilakukan PTK dalam semester ganjil ini. Semoga selesai Workshop, setidaknya awal semester Genap Laporan telah diselesaikan oleh seluruh 30 peserta yang mengikuti Workshop.
Terima kasih kepada Panitia, Guru Inti, Nara sumber dan khususnya kepada Peserta yang telah berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Pengurus MGMP IPS Kabupaten Malang

Ringkasan Materi Workshop
4. Bab 1 PTK
5. Bab 2 PTK
6. Bab 3 PTK
7. Instrumen PTK
8. Laporan PTK
9. Pembuatan Jurnal PTK dan Karya Ilmiah
10. Publikasi Hasil kegiatan